Minggu, 20 Maret 2011

Hay


Hay adalah hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan yang lain AAK (1990). Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak (dapat berupa rumput-rumputan / leguminosa) yang disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air antara 20% - 30%. Pembuatan hay bertujuan  menyeragamkan waktu panen sehingga tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya (Kartadisastra, 1997).

Rumput gajah
Tanaman Pennisetum purpuroides. Rumput gajah hibrida atau King grass (Pennisetum purpuroides) adalah jenis rumput baru yang merupakan hasil persilangan antara Pennisetum purpureum (rumput gajah) dengan Pennisetum typoides (Siregar, 1988). Cheng (1984) menyatakan bahwa Pennisetum hibrida adalah hasil hibridisasi yang merupakan hibrid inter spesefik.

Menurut Reksohadiprodjo (1985), rumput gajah mempunyai sistematika sebagai berikut :

Phyllum: Spermatophyta
SubPhyllum: Angiospermae
Classis: Monocotyledoneae
Ordo: Glumiflora
Familia: Gramineae
SubFamilia: Panicurdeae
Genus: Pennisetum
Species: Pennisetum hibrida, Pennisetum purpureum

Sifat dan ciri tumbuh tanaman Pennisetum purporoides adalah tumbuh tegak membentuk rumpun, berumur panjang, pengakaran sangat dalam, tinggi dapat mencapai 2 sampai 4 m, daun lebar dan panjang, batang keras dan lebar pada yang sudah tua, tulang daun agak keras dan bersifat mengandung rasa manis dan lebih tahan kering (BIP Lembang, 1988).

Faktor yang mempengaruhi  kualitas hay
Faktor–faktor yang harus diperhatikan untuk memperoleh hay yang berkualitas baik antara lain masa potong hijauan, cara penanganan dan kondisi cuaca. Hal-hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah cara menyimpan hay. Apabila hay disimpan dengan cara dimampatkan dalam kondisi agak basah dan lembab, akan menimbulkan panas spontan yang besarnya bervariasi. Jika ukuran mampatan kecil dan longgar serta saluran udara banyak, maka pengeringan akan berlangsung dengan baik. Hijauan kering yang disimpan dengan cara dimampatkan, dengan ukuran besar dan padat akan menghambat pengeluaran cairan dan panas. Panas yang berlebihan akan menimbulkan reaksi pencoklatan (browning reaction) sehingga hijauan tersebut akan kehilangan karbohidrat dan protein tercerna. Selain itu pencucian (leaching) kemungkinan terjadi, oleh karena itu sebisa mungkin hay dihindarkan dari air hujan. Akibat dari pencucian adalah meningkatnya kadar serat kasar tidak tercerna serta lignin, kehilangan pigmen, aktivitas vitamin A menurun sehingga aktivitas vitamin D terhambat karena pengaruh sinar ultra violet.

Metode pembuatan hay yang diterapkan ada dua yaitu 1) metode hamparan metode ini merupakan yang sederhana yaitu pembuatan hay yang dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah sinar matahari. Kadar air hay yang dibuat dengan metode ini mempunyai kadar air antara 20% samapai 30% yang ditandai dengan warnanya yang kecoklat-coklatan, 2) metode pod, metode ini menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 sampai 3 hari (kadar air <50%) (Kartadisastra, 1997).

Metode pembuatan hay yang terpentimng adalah hijauan yang akan diolah sebaiknya dipanen pada saat menjelang berbunga ketika kandungan proteinnya tinggi dengan serat kasar dan kadar airnya optimal (Kartadisastra, 1997).

Manfaat hay
Menurut AAK (1990), manfaat hay antara lain sebagai penyedia makanan ternak pada saat-saat tertentu, misalnya di masa-masa paceklik dan bagi ternak selama dalam perjalanan; memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi saat itu belum dimanfaatkan.

Manfaat pembuatan hay antara lain adalah menyediakan pakan yang akan dapat digunakan pada musim paceklik, menampung kelebihan produksi pakan hijauan, memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi saat itu belum digunakan secara langsung, dan mendayagunakan hasil limbah pertanian maupun hasil ikutan pertanian (Susetyo, 1980).

Daftar Pustaka

AAK. 1990. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

BIP. 1990. Mengenal Hijauan Makanan Ternak. Balai Informasi Pertanian Jawa Timur. Surabaya

Cheng, Y. K. 1984. Breeding of Napier Grass / Pearl Millet Hybrid in Taiwan: Asian Pasture FFTC. Taiwan. RRC

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi Cetakan ke-1. BPFE. Yogyakarta

Siregar, M. E. 1989. Produksi Hijauan dan Nilai Nutrisi Tiga Jenis Rumput Pennisetum dengan Sistem Potong Angkut. Dalam Proceding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan. Balitbang Peternakan. Departemen Pertanian

Susetyo, S. 1980. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat. Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta

Gambar: google.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger