Minggu, 20 Maret 2011

Jerami Fermentasi

Probiotik
Menurut Agus et al (1999) di Indonesia dengan bioteknologi telah dihasilkan satu bahan berupa starter yang sering disebut dengan probiotik yang dapat digunakan untuik meningkatkan kecernaan jerami padi dengan cara fermentasi atau dapat digunakan secara langsung sebagai campuran dalam konsentrat. Kelebihan dari jerami fermentasi dengan menggunakan probiotik antara lain adalah mudah dan murah dalam pelaksanaannya, meningkatkan nilai cerna dan kadar protein kasar dan dapat disimpan dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun.

Probiotik dapat meningkatkan produktivitas ternak tanpa menimbulkan efek samping. Secara umum probiotik kaya akan mikrobia selulolitik, lignolitik, proteolitik, amilolitik dan bakteri fiksasi N non simbiotik. Mikrobia lignolitik akan membantu pemecahan ikatan lignosesulosa sehingga selulosa dan lignin akan terlepas dari ikatan tersebut. Mikrobia selulolitik akan menghasilkan enzim selulase yang akan memecah selulosa menjadi selubiosa, selanjutnya akan dihidrolisis menjadi VFA. Mikrobia proteolitik akan menghasilkan enzim protease yang akan merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, selanjutnya menjadi peptide sederhana dan terakhir menjadi asam amino (Soeharto, 1995).

Proses fermentasi
Menurut McWhirter (1987) fermentasi adalah proses untuk menghasilkan berbagai produk dengan perantara atau dengan melibatkan mikrobia. Soejono (1998), upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi dapat diklasifikasikan dalam kategori perlakuan fisik, kimiawi, fisik kimiawi dan biologi. Perlakuan fisik seperti pemotongan (chopping) atau penggilingan (grinding) belum tentu mempengaruhi komposisi kimia jerami padi. Lebih lanjut dijelaskan (Utomo, 1999) Perlakuan biologi antara lain adalah pengomposan, fermentasi (ensilage), pertumbuhan jamur dan penambahan enzim.

Prinsip dasar dari proses fermentasi merupakan proses enzimatik, enzim dari mikroorganisme dapat menghidrolisis komponen dinding sel tanaman dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa mejadi molekul yang lebih kecil disakarida dan monosakarida. Komponen tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan maupun kebutuhan hidup pokok mikroorganisme. Hal ini mengakibatkan selama proses fermnetasi tersebut akan terjadi kehilangan bahan organik. Namun demikian kalau sekiranya yang digunakan dalam proses hidrolisis dinding sel adalah selulosa maka kehilangan bahan organik dan bahan kering dapat dihindari (Hasyim, 1997).

Salah satu perlakuan kimia jerami adalah dengan menggunakan urea sebagai sumber amonia, dimana mempunyai fungsi melonggarkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa dan sebagai sumber nitrogen (N) untuk sintesis protein mikrobia probiotik pada saat pembuatan jerami padi fermentasi. Fermentasi mencakup semua proses, baik aerobik maupun anaerobik untuk mengahasilkan berbagai produk yang melibatakan aktivitas mikrobia. Penguraian berbagai senayawa organik sebagai hasil aktivtas mikrobia tidak harus selalu berlangsung dalam suasna aerob, tetpi dapt juga dalam suasana anaerob, tergantung mikrobianya (Darwis dan Sukara, 1990).

Fakor-faktor yang mempengaruhi
Proses fermentasi pakan yang dipengaruhi oleh beberapa factor yang saling tergantung satu sama lainnya, factor-faktor tersebut meliputi 1) karakteristik bahan yang digunakan meliputi kadar air, kadar karbohidrat terlarut, ukuran bahan dan aktivitas mikrobia 2) macam dan kadar bahan tambahan (Peppler, 1983)

Manfaat fermentasi
Melalui fermentasi diharapkan terjadi depolimerasi selulosa yang merupakan komponen serat utama, oleh berbagai enzim selulase mikrobia. Depolimerisasi adalah proses memisahkan senyawa makromolekuler d4engan berbagi cara menjadi senyawa yang relative lebih sederhana. Depolimerisasi mengakibatkan perubahan sebagian selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga fermentasi dalam rumen lebih cepat, dengan demikian meningkatkan utilitas dan konsumsi pakan (Widiyanto, 1996).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi padi dalam meningkatkan komposisi protein kasar yaitu dari 6,15% sampai 7,14% (Agus et al, 2000). Tujuan perlakuan fermentasi adalah meningkatkan manfaat pakan berserat (Van Soest et al, 1988)

Elly et al (1982) mengatakan bahwa penambahan inokulum bakteri isolate cairan rumen, jamur, bahan karbohidrat mudah larut, bahan suplemen additive pada jerami padi yang difermentasi dapat menambahkan kualitas nutrient dan kecernaannya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa penambahan berbagai macam material seperti tersebut diatas terhadap proses fermentasi jerami padi mempunyai beberapa tujuan antara lain 1) mempercepat produksi asam laktat, 2) meningkatkan nilai kecernaan, 3) meningkatkan nilai nutrisi, 4) meningkatkan palatabilitasnya.

Daftar Pustaka

Agus, A; R. Utomo dan Ismaya.1999. Penggunaan Probiotik Untuk Meningkatkan Nilai Nutrien Jerami Padi dan Efeknya Terhadap Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole (PO). Laporan Hasil Penelitian. Lembga Penelitian UGM Bekerjasama dengan IP2TP. Badan Penelitian Dan Pengebangan Pertanian.

Darwis , A. A. Dan E. Sukarta. 1990. Teknologi Mikrobial. PAU Biotek. IPB Bogor.

Elly. L.O., J. Moon And E.M Sudweeks.1982. Chemical Evaluation Of Lactobacillus Addition To Alfalfa, Corn, Sorghum, And Wheat Forage At Ensiling. J. Dairy Sci. 65:1041-1046

Hasyim. 1997. Aplikasi Enzim Selulase Pada peningkatan Kualitas pakan Berserat. Thesis S-2. fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mc Whirter, N.1987. The Macmillan Encyclopedia. 3th ed. Guild Publishing. London

Peppler, HJ.1983. Fermented Fee And Feed Supplement. In: Biotechnology. Vol 5-6. reed ed. Verlag Chemie. Weinhelm Deerfield Beach. Florida

Soeharto, B. Haryanto and Zaenuddin. 1995. Pemanfaatan Probiotik Dalam pakan Untuk Meningkatkan Efisiensi Pertanian. UNS Bekerjasama Dengan P4N. Badan Litbang Pertanian.

Soejono, A. M. Teknologi Pakan Untuk Ternak Ruminansia. Pidato Pengukuhan Guru Gesar Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Utomo.1999. Teknologi pakan hijauan. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak. Hand out. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology Of The Ruminant, Ruminant Metabolism, Nutritional Strategies. The Cellulolytic Fermentation and The Chemistry Of Forages and Plants Fibers, 2nd. O and Books. Inc . Corvalles. Oregon

Widiyanto .1996. Teknologi Amofer Untuk Meningkatkan Daya Guna Limbah Berserat Sebagi Pakan Ternak Ruminansia. Buletin Sintesis. Yayasan Dharma Agrika. Semarang. 7 (5):7-13.

Gambar: google.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger