Sabtu, 05 Februari 2011

Komoditas ternak Sapi


Sistematika
Sistematika sapi adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Plasentalia
Ordo : Ungulata
Sub Ordo : Arhoclactyla
Rumpun : Selonodonta
Familia : Bavidae
Genus : Bos
Sub Genus :Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina, Lepsoburina
Spesies : Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sandaicus.
(Sastroamidjojo, 1983).

Asal-usul
Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari Homacodantidae yang dijumpai pada zaman palaeocene. Adapun jenis primitifnya ditemukan pada zaman pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis primitif itulah yang sampai sekarang menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sappi hasil penjinakkan yang kita kenal (Murtidjo,1990).

Dari beberapa literatur, tidak diketahui secara pasti kapan awal penjinakan sapi dilakukan oleh manusia. Namun di pusat perkembangan kebudayaan seperti di Mesopotamia, India, Bangkok dan Eropa dikenal pada tahun 600 SM. Sedangkan dimesir kuno, konon sudah dikenal pemeliharaan sapi pada tahun 8000 SM (Murtidjo, 1990).

Bangsa-bangsa
Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yang memiliki andil warna genetik sapi, yakni :

Bos Sondaicus atau Bos Banteng. Sampai sekarang masih ditemukan liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa, seperti Pangandaran dan Ujung Kulon dan merupakan sumber asli Indonesia (Sastroamidjojo, 1981).

Bos Indicus atau Sapi Zebu. Sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia. Yang terkenal di Indonesia adalah sapi brahman dan sapi ongole. Bos Indicus merupakan sapi berpunuk, sapi-sapi dari Bos Indicus menurunkan bangsa-bangsa sapi di daerah tropis (Sastroamidjojo, 1992).

Bos Taurus atau sapi Eropa. Sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa. Bos Taurus merupakan bangsa sapi yang menjadi nenek moyang dari sapi potong maupun sapi perah (Murtidjo, 1990).

Ketiga kelompok nenek moyang sapi tersebut, baik secara alamiah maupun karena peran serta manusia melalui hasil perbandingan atau persilangan berhasil mengalami perkembangan yang menurunkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe perah maupun tipe potong murni (Bambang,1990).

Bangsa-bangsa Sapi
Menurut Sarwono (2001) komoditas sapi yang ada di Indonesia terdiri atas:

Sapi asli Indonesia
Sapi Bali. Asal usul sapi bali adalah banteng (Bos Sondaicus) yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Proses domestikasi yang cukup lama diduga sebagai penyebab sapi bali lebih kecil dibandingkan dengan banteng. Sapi bali jantan dan betina dilahirkan dengan warna merah bata dengan garis hitam disepanjang punggungyang disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi kehitam-hitaman, sedangkan warna sapi betina relatif tetap. Sapi bali tidak berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih (Abidin, 2002).

Sapi Madura. Merupakan sapi keturunan perkawinan silang antara Bos indicus dan Bos sondaicus. Karakteristik Sapi Madura adalah punuk yang kecil diwarisi dari Bos indicus dan warna kulit coklat atau merah bata diwarisi dari Bos sondaicus, pada kepalanya terdapat tanduk melengkung ke depan dengan melingkar bulat sabit (Murtidjo, 1992)

Sapi impor
Sapi Ongole. Merupakan sapi keturunan bos indicus yang berhasil dijinakkan di India. Sapi Ongole masuk ke Indonesia abad ke-19 dan dikembangkan cukup baik di pulau Sumba, sehingga lebih dikenal dengan Sapi Sumba Ongole. Karakteristik Sapi Ongole adalah punuk besar dan kulit longgar dangan banyak lipatan dibagian bawah leher dan pantat, telinga panjanng serta menggantung, tempramen tenang dengan mata besar, tanduk pendek dan hampir tidak terlihat, warna bulu umumnya putih kusam atau agak kehitam-hitaman dan warna kulit kuning (Murtidjo, 1992).

Sapi Brahman. Merupakan sapi keturunan bos indicus yang beerhasil dijinakkan di India, Tetapi mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat. Sapi ini adalah hasil campuran darah 3 bangsa sapi madura yaitu bangsa bir,buzerat, dan nellose. Sapi ini bertanduk dan warnanya bervariasi mulai dari abu-abu muda, totol-totol, sampai hitam, terdapat punuk pada punggung di belakang kepala, yang merupakan kelanjutan dari otot-otot pundak, dengan telinga yang berpendulous panjang, serta adanya pendulous yang longgar sepanjang leher. Sapi Brahman memiliki sifat yang khas yaitu ketahanannya terhadap kondisi tatalaksana yang sangat minimal, toleransi terhadap panas, kemampuannya untuk mengasuh anak, daya tahan terhadap kondisi yang jelek seperti penyakit dan parasit. Berat badan betina dewasa mencapai 585 kg sedangkan jantan dewasa mencapai 900 kg atau bahkan lebih (Blakely and Bade, 1992).

Sapi Hereford memiliki tanduk, dengan arah tumbuh kedalam dan kebawah, sifat-sifat yang menjadi kelebihan sapi ini adalah ketahanan, kemampuan merumput, daya adaptasi, efisiensi reproduksi, disposisi dan tempramen yang baik, tulang-tulang yang kuat serta perdagingan yang tebal. Warna bulunya termasuk yang paling aneh diantara bangsa-bangsa sapi, yaitu kepala putih dan badan yang berwarna merah (Blakely and David, 1992).



Sapi Polled Hereford. Memiliki ciri-ciri sama dengan Hereford, namun tidak bertanduk (AAK, 1990).

Sapi Aberden Angus. Memiliki ciri-ciri warna hitam, warna putih pada bagian pusar, tidak bertanduk, badan lebar, padat, leher dan kaki pendek (AAK, 1990).

Sapi Red Angus. Memiliki ciri-ciri warna bulu merah gelap, memiliki faktor resesif. Karakteristik sama dengan Aberdeen Angus.

Sapi Galloway. Memiliki ciri warna bulu hitam, tidak bertanduk, kaki pendek dan berbentuk persegi, memiliki daya tahan tinggi terhadap udara dingin (AAK, 1990).

Sapi Charolais. Memiliki ciri warna bulu kuning susu. jantan dan betina bertanduk, kulit longgar, punggung melekung kebawah (AAK, 1990).

Sapi Shorthorn. Berasal dari pantai timur laut Inggris, sekitar sungai Tees antara Durham dan Eork. Termasuk sapi dual purpose yaitu tipe pedaging dan tipe perah. Ada yang mempunyai punuk disebut pulled shorthorn. Berat pedaging jatan dapat mencapai 1000 kg dan betina 750 kg (Pane 1986) .memiliki ciri-ciri warna rambut putih dan merah), dengan otot kasar dan tebal (AAK, 1990).

Sapi persilangan
Sapi Santa Gertrudis. Merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dan sapi Shorthorn dengan 3/8 darah Brahman dan 5/8 darah Shorthron. Warna merah tua, tubuh lebih rata dan padat dari pada Brahman, bertanduk dan bergelambir, telinga rendah dan tebal. Berat sapi jantan dewasa 800 kg dan betina 780 kg (Sastroamidjojo, 1983).

Sapi Brangus. Merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dan Aberden Angus, dengan memiliki 5/8 darah Aberden angus dan 3/8 darah sapi Brahman. Warna hitam kelam dan ada juga merah, bertanduk, tubuh lebih padat dari brahman, tahan panas dan gigitan serangga, adaptasi pakan baik, produksi daging baik (Blakely dan Bade,1985).

Sapi Charbray. merupakan hasil crossing antara Chrolais dengan Brahman. Mengandung 1/8 sampai ¼ darah Brahman (AAK, 1990).

Sapi Braford. Merupakan hasil crossing antara Brahman dan Hereford (AAK, 1990). Mempunyai sifat yang mirip dengan hereford, warna merah, muka putih dan merah tua, pertumbuhan baik, tahan panas, caplak dan penyakit, daya tahan baik terhadap udara panas dan udara lembab, (Blakely dan Bade, 1985)

Sapi Beefmaster. Merupakan hasil crossing antara Brahman , Shorthorn, dan Hereford. Mengandung ¼ darah Hereford dan ½ darah America Brahman (AAK, 1990).

Persilangan antara sapi lokal dengan sapi unggul dilakukan untuk memperbaiki kualitas genetik dan penampilan fisik dari sapi lokal. Salah satu contoh sapi hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi unggul adalah sapi Peranakan Ongole yang merupakan persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole murni.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1998. Petunjuk Beternak Kelinci. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Abidin, Zainal. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Blakely, J and David.H.Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.

Murtidjo, B.A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakarta.

Sastroamidjojo .S.M. 1983. Ternak Potong dan Ternak Kerja. CV. Yasaguna. Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger