Sabtu, 05 Februari 2011

Pupuk Cair dari Urin Ternak


Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi produk lain yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi urin sapi dari seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per hari. Urin sapi mempunyai prospek yang cerah untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap. Unsur-unsur tersebut adalah nitrogen, phosphor, dan potassium dalam jumlah yang sedikit, serta trace element, yaitu seng, besi, mangan, tembaga, dan lain-lain. Unsur lain yang lebih penting adalah EDTA, unsur ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan protein sel tunggal di dalam media cairan (Junus, 1987).

Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi adalah menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Urin sapi yang digunakan untuk diolah menjadi pupuk cair yang paling baik adalah urin sapi murni segar, urin sapi ini belum tercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang seperti feses, sisa pakan, dan sisa air minum. Penggunaan urin sapi segar ini lebih baik kurang dari 24 jam setelah urin dihasilkan oleh sapi.

Urin sapi segar dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 ataupun botani dan molasses sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM4 merupakan Effective Microorganism 4 yang berguna untuk memeprcepat proses pengomposan ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM4 mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi (yeast), dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin sapi dapat berlangsung secara cepat dengan bantuan EM4 ini, yaitu sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Indriani, 2004).

Proses pengolahan pupuk cair dengan urin sapi sangatlah sederhana, yaitu dengan mencampurkan urin segar, bakteri pengurai dan molasses pada drum yang terbuka kemudian didiamkan selama satu minggu. Aerator diperlukan agar proses fermentasi selalu berjalan secara aerob. Kemasakan urin fermentasi dapat diidentifikasi dari hilangnya bau pada pupuk cair yang diolah.

Pupuk cair juga dihasilkan dalam pembuatan gas bio. Pengolahan pupuk cair dari urin sapi dan pengolahan pupuk cair dari keluaran gas bio berbeda. Pupuk cair yang berasal dari keluaran unit gas bio belum dapat digunakan untuk pemupukan karena belum banyak mengandung oksigen, sehingga kalau dialirkan ke sungai akan mematikan ikan. Pupuk padat perlu ditampung di dalam kolam oksidasi dengan lama berkisar kurang lebih dua minggu untuk memasukkan oksigen ke dalam calon pupuk cair yang telah dipisahkan. Kecepatan teroksidasinya pupuk cair tergantung pada luas dan kedalaman dari kolam tersebut juga kecepatan aliran di dalam kolam. Kolam oksidasi sebaiknya dibuat dangkal dan diberi sekat-sekat, sehingga aliran calon pupuk cair menjadi lebih lambat. Kelambatan aliran calon pupuk cair memungkinkan oksigen dapat masuk ke dalamnya (Junus, 1987).

Mikroba di dalam pupuk cair setelah teroksidasi akan semakin berkembang. Mikroba di dalam pupuk cair memanfaatkan zat-zat yang tersedia, sehingga kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) menurun. Penurunan kadar BOD dan COD tersebut memungkinkan berkembangnya algae (ganggang). Pertumbuhan algae akan mempercepat proses oksidasi dan fotosintesis di dalam kolam oksidasi. Pupuk cair yang telah teroksidasi siap dimanfaatkan untuk menambah unsur hara di sawah, pot bunga, ladang, dan lain-lain dengan dialirkan atau disemprotkan (Junus, 1987).

Penggunaan pupuk cair ini dengan cara mencampurkan dengan air. Perbandingan air dengan banyaknya pupuk cair yang digunakan tergantung dari kandungan pupuk cair yang digunakan. Telur sering ditambahkan dalam pencampuran yang berfungsi untukmelekatkan urin fermentasi pada daun sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. Pupuk cair mempunyai fungsi untuk mencegah kelayuan daun, memberi nutrisi pada daun, merangsang pertumbuhan tunas, dan meningkatkan produksi pertanian secara umum.
DAFTAR PUSTAKA

Junus, Mohammad. 1987. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Indriani. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger